Selasa, 28 Oktober 2014

AKU TERBANGUN

Pernahkah kau merasa lelah? Lelah dengan kehidupan atau lelah dengan orang – orang yang kau kenal? Aku rasa kau pun pasti pernah merasakannya, begitupun aku.
     Kepalaku terasa pusing sekali saat aku memikirkan hal – hal yang ada di dalam hidupku. Pandanganku mulai gelap dan aku mendengar suara ibu berteriak “Aron, cepat sarapan nanti kau telat!”. Ibu menyuruhku untuk sarapan tetapi rasanya aku tidak mau makan, sangat tidak bersemangat untuk pergi ke sekolah. Lelah sekali rasanya setiap haris harus bangun pagi. Aku memakai seragam lengkap, mengambil tas dan bergegas pergi ke sekolah dengan sepeda motorku. Aku membawa sarapan yang belum aku makan karena nanti aku bisa telat. Ditengah jalan, aku baru sadar ternyata aku salah memakai kaus kaki, aku memakai kaus kaki bewarna hitam. Aku bingung, padahal rasanya aku memakai kaus kaki warna putih. Aku siap untuk dimarahi dan dihukum guru. Sesampainya di sekolah, bel sekolah berbunyi. Aku berlari dengan cepat menuju kelas. Aku mengikuti jam pelajaran pertama dengan baik. Lalu saat jam pelajaran kedua, Pak Martin guru piket datang. Dia melihat kaus kakiku yang bewarna hitam. Ia langsung menyuruhku keluar kelas dan melepaskan sepatuku. Aku pun melepasnya dan mengalungkan tali rafia dengan kardus yang bertuliskan “pelaku pelanggaran” ke leherku. Aku malu dan kakiku menjadi kotor karena tidak memakai alas kaki. Lalu saat jam istirahat aku dan temanku, Mary dan Teni pergi ke kantin untuk membeli makanan. Tetapi saat aku melangkahkan kakiku di ujung tangga, aku terpeleset dan jatuh. Aku pikir mereka langsung membantu aku bangun. Mary dan Teni malah menertawakanku, lagi – lagi aku malu. Setelah mereka menertawakanku, aku langsung bangun dan berlari kembali ke kelas. Mary dan Teni tetap berjalan menuju kantin. Di kelas aku duduk dan menaruh kepala di atas meja.
     Tidak lama kemudian, jam istirahat berakhir. Pak Martin datang sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dia datang bersemangat dan memberi waktu bebas selama lima menit. setelah itu ia memulai pelajaran. Ia memberi tugas untuk membuat cerita pendek dan makalah. Aku bingung ingin membuat cerita pendek dan makalah berjudul apa. Aku dan teman – teman berfikir sejenak. Hingga aku dan teman – teman sudah mendapat ide, kami memberi judul itu kepada Pak Martin. Lalu ia menjelaskan apa yang harus kita mengerti dan lakukan. Temanku mengobrol saat Pak Martin sedang menjelaskan. Pak Martin merasa sangat terganggu. Akhirnya Pak Martin marah dan tidak mau menjelaskan lagi. Kemudian ia keluar kelas menuju kantor guru. Aku dipanggil oleh Pak Martin selaku sekertaris kelas. Aku merasa takut sambil berjalan menuju kantor guru. Pak Martin berbicara kepadaku “Aron, nilai kelas kamu semuanya pak guru kurangi, seharusnya kalian mendapat nilai A tetapi akan saya ubah menjadi B atau C”. Aku tidak tahu mau berkata apa, aku tidak berani mengeluarkan kata – kata. Setelah itu aku kembali ke kelas. Aku sedih dan kesal, seharusnya nilaiku tidak diubah. Aku tidak mengobrol dengan teman saat Pak Martin menjelaskan, tetapi nilaiku jadi berkurang juga. Aku mencoba menerimanya, mungkin aku masih bisa mempunyai kesempatan untuk menaikan nilaiku.
      Aku pulang kerumah dengan sepeda motorku. Ditengah jalan, aku memikirkan hal – hal yang terjadi di sekolah tadi. Aku tidak tahu mengapa aku begitu sedih. Sesampainya dirumah, aku masuk kamar dan berganti pakaian. Setelah itu aku menuju dapur, kakakku sedang memasak. Aku haus dan mengambil minum dari dalam kulkas. Tiba – tiba aku mendengar suara pecahan piring yang agak kencang. Ternyata kakakku menyenggol piring itu hingga jatuh. Kakakku menyuruhku untuk mengambil sapu dan membereskan pecahan piring tersebut. Ibu keluar dari kamarnya, melihat aku yang sedang menyapu pecahan piring itu. Ibu memarahi aku karena telah memecahkan piring kesayangannya. Ternyata itu adalah piring kesayangan ibu. Tanpa bicara aku langsung lari kekamar, merenung dan menangis. Hampir semua orang yang kukenal tidak menyukaiku.Tetapi aku akan melakukan semua yang menurutku baik untuk dilakukan. Tiba – tiba aku bangun dari tidurku. Ternyata semua itu hanyalah sebuah mimpi.