Pernahkah
kau merasa lelah? Lelah dengan kehidupan atau lelah dengan orang – orang yang
kau kenal? Aku rasa kau pun pasti pernah merasakannya, begitupun aku.
Kepalaku
terasa pusing sekali saat aku memikirkan hal – hal yang ada di dalam hidupku.
Pandanganku mulai gelap dan aku mendengar suara ibu berteriak “Aron, cepat
sarapan nanti kau telat!”. Ibu menyuruhku untuk sarapan tetapi rasanya aku
tidak mau makan, sangat tidak bersemangat untuk pergi ke sekolah. Lelah sekali rasanya
setiap haris harus bangun pagi. Aku memakai seragam lengkap, mengambil tas dan
bergegas pergi ke sekolah dengan sepeda motorku. Aku membawa sarapan yang belum
aku makan karena nanti aku bisa telat. Ditengah jalan, aku baru sadar ternyata
aku salah memakai kaus kaki, aku memakai kaus kaki bewarna hitam. Aku bingung,
padahal rasanya aku memakai kaus kaki warna putih. Aku siap untuk dimarahi dan
dihukum guru. Sesampainya di sekolah, bel sekolah berbunyi. Aku berlari dengan
cepat menuju kelas. Aku mengikuti jam pelajaran pertama dengan baik. Lalu saat
jam pelajaran kedua, Pak Martin guru piket datang. Dia melihat kaus kakiku yang
bewarna hitam. Ia langsung menyuruhku keluar kelas dan melepaskan sepatuku. Aku
pun melepasnya dan mengalungkan tali rafia dengan kardus yang bertuliskan
“pelaku pelanggaran” ke leherku. Aku malu dan kakiku menjadi kotor karena tidak
memakai alas kaki. Lalu saat jam istirahat aku dan temanku, Mary dan Teni pergi
ke kantin untuk membeli makanan. Tetapi saat aku melangkahkan kakiku di ujung
tangga, aku terpeleset dan jatuh. Aku pikir mereka langsung membantu aku
bangun. Mary dan Teni malah menertawakanku, lagi – lagi aku malu. Setelah
mereka menertawakanku, aku langsung bangun dan berlari kembali ke kelas. Mary
dan Teni tetap berjalan menuju kantin. Di kelas aku duduk dan menaruh kepala di
atas meja.
Tidak
lama kemudian, jam istirahat berakhir. Pak Martin datang sebagai guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Dia datang bersemangat dan memberi waktu bebas
selama lima menit. setelah itu ia memulai pelajaran. Ia memberi tugas untuk
membuat cerita pendek dan makalah. Aku bingung ingin membuat cerita pendek dan
makalah berjudul apa. Aku dan teman – teman berfikir sejenak. Hingga aku dan
teman – teman sudah mendapat ide, kami memberi judul itu kepada Pak Martin.
Lalu ia menjelaskan apa yang harus kita mengerti dan lakukan. Temanku mengobrol
saat Pak Martin sedang menjelaskan. Pak Martin merasa sangat terganggu.
Akhirnya Pak Martin marah dan tidak mau menjelaskan lagi. Kemudian ia keluar
kelas menuju kantor guru. Aku dipanggil oleh Pak Martin selaku sekertaris
kelas. Aku merasa takut sambil berjalan menuju kantor guru. Pak Martin
berbicara kepadaku “Aron, nilai kelas kamu semuanya pak guru kurangi,
seharusnya kalian mendapat nilai A tetapi akan saya ubah menjadi B atau C”. Aku
tidak tahu mau berkata apa, aku tidak berani mengeluarkan kata – kata. Setelah
itu aku kembali ke kelas. Aku sedih dan kesal, seharusnya nilaiku tidak diubah.
Aku tidak mengobrol dengan teman saat Pak Martin menjelaskan, tetapi nilaiku
jadi berkurang juga. Aku mencoba menerimanya, mungkin aku masih bisa mempunyai
kesempatan untuk menaikan nilaiku.
Aku pulang kerumah
dengan sepeda motorku. Ditengah jalan, aku memikirkan hal – hal yang terjadi di
sekolah tadi. Aku tidak tahu mengapa aku begitu sedih. Sesampainya dirumah, aku
masuk kamar dan berganti pakaian. Setelah itu aku menuju dapur, kakakku sedang
memasak. Aku haus dan mengambil minum dari dalam kulkas. Tiba – tiba aku
mendengar suara pecahan piring yang agak kencang. Ternyata kakakku menyenggol
piring itu hingga jatuh. Kakakku menyuruhku untuk mengambil sapu dan
membereskan pecahan piring tersebut. Ibu keluar dari kamarnya, melihat aku yang
sedang menyapu pecahan piring itu. Ibu memarahi aku karena telah memecahkan
piring kesayangannya. Ternyata itu adalah piring kesayangan ibu. Tanpa bicara
aku langsung lari kekamar, merenung dan menangis. Hampir semua orang yang
kukenal tidak menyukaiku.Tetapi aku akan melakukan semua yang menurutku baik
untuk dilakukan. Tiba – tiba aku bangun dari tidurku. Ternyata semua itu
hanyalah sebuah mimpi.
0 komentar:
Posting Komentar