Senin, 25 Mei 2015

KESAN SEMINGGU JADI WONG NGABLAK

Pernahkah kalian mereka-reka, apakah ada tempat yang lebih indah dibanding Jakarta?. Adakah tempat yang lebih tenang?. Adakah tempat yang lebih ramah dan bebas tekanan dibanding wilayah pusat yang padat ini?; Atau apakah kalian terlalu disibukan dengan kehidupan Ibu Kota dan tidak sempat mengintip
desa-desa kecil yang tersebar di negri ini?. Mungkin jawabannya adalah ya, sama seperti saya. Hidup di Jakarta sejak lahir membuat saya tidak pernah tahu tentang kehidupan desa yang sederhana. Tentang mereka yang selalu bertegur sapa di jalanan setapak menuju ladang. Tentang kehangatan warga kaki Gunung Merbabu. Namanya adalah Ngablak. Sebuah dusun yang terletak di Desa Sowanan Kota Magelang Jawa Tengah ini adalah tempat kami menghabiskan waktu dalam kegiatan Live In. Bagi yang belum tahu, Live In adalah kegiatan menetap di pemukiman warga suatu tempat selama beberapa hari dan diiringi dengan mengikuti aktivitas warga setempat. Biasanya tempat yang dipilih untuk Live Inadalah desa atau tempat terpencil dengan budaya yang sederhana dan tradisional. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin

tahunan bagi angkatan kelas 11 sekolah kami dan tahun ini adalah giliran kami.
Mayoritas warga Ngablak memiliki mata pencaharian sebagai petani, begitu juga dengan Pak Mugi, orang tua asuh saya. Pak Mugi memiliki ladang kubis, wortel dan tembakau yang masing-masing luasnya ±100m2 dan beliau cangkul sendiri. Hebat bukan? Sementara Ibu bertugas dalam merawat dan membersihkan ladang. Memiliki ayah asuh seorang petani tentu saja membuat saya sempat menapak di atas basahnya tanah ladang dan berkenalan langsung dengan serangga-serangga unik yang selama ini saya kira hanya ada di buku sains.
“Nda kenal sama yang tadi dek?”
Tanya Ibu pada saat kami berjalan menuju ladang dan berpapasan dengan dua orang teman dari kelas sebelah yang sejujurnya....kurang dekat dengan kami—saya dan teman serumah yang bernama Helga—di sekolah. Kami hanya bisa tersenyum canggung sambil mengangguk. Itulah orang kota, nggak deket nggak nyapa. Kalau menyapa akan terkesan aneh atau dibilang sok dekat. Bukan begitu? Berbeda dengan orang desa yang selalu menyapa satu sama lain dengan senyuman hangat mereka, berbincang dengan aksen Jawa mereka yang kental dan menganggukan kepala saat hendak berlalu.
Fransisca bersama sahabat
           Rintikan hujan turun saat kami bertiga tengah asyik mencabuti rumput liar yang tumbuh di balik dedaunan kubis. Ibupun menyuruh kami untuk pulang duluan. Namun kami memutuskan untuk berteduh sebentar karna hujan yang semakin kencang. Disanalah kami berteduh, di sebuah gubuk kecil tempat penyimpanan pupuk kotoran ayam milik sepasang suami istri petani. Mereka menerima kami dengan sangat, bahkan mereka sempat menawari kami bekal makan siang yang mereka bawa dari rumah. Kami berbincang banyak dengan Bapak dan Ibu itu. Saya turut menceritakan pengalaman saya sebelum ke ladang saat saya pergi ke warung untuk membeli air mineral. Saya terkesan dengan rasa saling percaya yang dimilikiwarga sekitar. Warung tersebut terletak di pinggir jalan, namun menurut pengakuan si pemilik yang saya tanyai, ia tidak pernah mengalami kehilangan barang sekalipun warung tersebut sering ia tinggal. Bapak dan Ibu pemilik gubuk hanya tertawa saat mendengar cerita saya. Mereka berkata hal itu adalah hal yang biasa. Bahkan saat berpergian jauh, hanya dengan menitipkan rumah kepada tetangga sebelah, rumah akan aman sampai saat kepulangan sang pemilik. Begitu juga dengan setiap ladang yang mereka miliki, apabila ada yang kehabisan bahan makanan maka ladang tetangga tersedia untuk tetap membuat asap dapur mengepul. Mereka hanya perlu mengambil apa yang mereka perlu, layaknya mereka mengambil makanan di ladang sendiri.
Saya benar-benar terkesan. Bagaimana tidak? Yang selama ini saya lihat adalah keegoisan orang-orang kota yang kurang berbagi, kasus kriminalitas yang tidak pernah berhenti serta pagar-pagar besi yang melambangkan keamanan dan rasa saling percaya yang orang kota tidak miliki. Bergaul dengan mereka membuat saya sadar bahwa ternyata masih ada orang baik. Saya juga sadar bahwa seharusnya kita belajar dari mereka, wong ndeso yang selama ini kita pandang sebelah mata. Harusnya kita yang merasa malu, penghuni kota namanya tapi moral telah hilang entah kemana.
Lewat artikel ini, yang saya ingin sampaikan adalah: Marilah kita belajar untuk lebih berbagi dan peduli. Tidak ada yang salah dengan tetap berbuat baik walaupun tekanan dan rintangan kehidupan kota mengancam kita untuk menyimpang. Terimakasih Ngablak, saya sudah belajar banyak.


Selasa, 17 Februari 2015

Galeri Foto Pentas Musikanaan 2015













PENGUMUMAN PERHUTANI GREEN PEN AWARD 2015


Posted in: Info Publik, Pengumuman
PERHUTANI GREEN PEN AWARD 2015
Lomba Menulis Cerita Pendek Hutan & Lingkungan

Syarat-syarat Lomba :
  1. Peserta :
  • Warga Negara Indonesia
  • pelajar SLPTP/sederajat (Kategori A)
  • Pelajar SLTA & Mahasiswa (Kategori B)
  • Guru, Dosen, Penulis/Pengarang dan Umum (Kategori C)
  1. Pendaftaran lomba dibuka mulai tgl. 22 Nopember 2014 dan ditutup tgl. 22 Pebruari 2015 (Stempel Pos/jasa Kurir)
  1. Judul naskah bebas, tema cerita kehidupan dengan berbagai aspeknya terkait hutan, alam dan lingkungan hidup.
  1. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia yang baik dan benar, indah (literer) dan komunikatif.
  1. Naskah adalah karya asli, bukan jiplakan, terjemahan atau saduran dan belum pernah dipublikasikan, disertai dengan dokumen pernyataan diatas materai.
  1. Panjang naskah 5 s/d 10 halaman A4, diketik 1,5 spasi huruf Times New Roman ukuran font 12 poin, margin standar.
  1. Naskah dicetak atau print out sebanyak 2 (dua) rangkap, file MS-Word dimasukkan dalam CD.
  1. Peserta mengirimkan naskah 1 (satu) judul atau maksimal 2 (dua) judul, dikirimkan ke Panitia Perhutani Green Pen Award 2015: Perhutani Residence, Jl. Gedung Hijau I No. 17, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Tulis kategori A/B/C di sisi kiri atas amplop tertutup.
  1. Naskah dilampiri:
  • Biodata lengkap; alamat, nomor telpon/HP, Email yang mudah dihubungi.
  • Foto copy Kartu Pelajar (Kategori A);
  • Foto copy Kartu Pelajar/Kartu Mahasiswa dan KTP bagi Mahasiswa (Kategori B)
  • Fotocopy KTP/Paspor/Kartu Pegawai dan indentitas lainnya (Kategori C)
  • Tulisan singkat tentang salah satu kegiatan Perum Perhutani, diketik rapi minimal 70 kata, diperbolehkan menambah foto apabila ada. Sumber informasi Situs www.perumperhutani.com atau sumber lain dengan menyebut nama sumber.
10. Nama-nama pemenang akan diumumkan pada tgl 29 Maret 2015 melalui Situs: www.perumperhutani.com
11. Panitia tidak memungut biaya apapun dari peserta lomba, tidak menunjuk perwakilan
dan tidak melayani surat menyurat terkait penyelenggaraan ini.
12. Naskah yang dilombakan menjadi milik Perum Perhutani dan dapat diterbitkan
untuk kepentingan dokumentasi dan program Komunikasi Perusahaan. Hak cipta pada pengarang.
13. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat.

Hadiah Bagi Pemenang Kategori A
  • Pemenang 1: Piala, Piagam, Uang Tunai Rp. 3.000.000,-
  • Pemenang 2: Piagam, Uang Tunai Rp. 1.500.000,-
  • Pemenang 3: Piagam, Uang Tunai Rp. 1.000.000,-
  • 5 (Lima) Pemenang Harapan: Piagam, Uang Tunai Rp. 500.000,-

Hadiah Bagi Pememang Kategori B
  • Pemenang 1: Piala, Piagam, Uang Tunai Rp. 4.000.000,-
  • Pemenang 2: Piagam, Uang Tunai Rp. 2.000.000,-
  • Pemenang 3: Piagam, Uang Tunai Rp. 1.500.000,-
  • 5 (Lima) Pemenang Harapan: Piagam, Uang Tunai Rp. 750.000,-

Hadiah Bagi Pemenang Kategori C
  • Pemenang 1: Piala, Piagam, Uang Tunai Rp. 5.000.000,-
  • Pemenang 2: Piagam, Uang Tunai Rp. 3.000.000,-
  • Pemenang 3: Piagam, Uang Tunai Rp. 1.500.000,-
  • 5 (Lima) Pemenang Harapan: Piagam, Uang Tunai Rp. 1.000.000,-

Catatan:
  • Informasi lomba dapat diakses di www.perumperhutani.com
  • Artikel Penulisan Sastra Hijau dapat diakses di FB Sastra Hijau Perhutani Green Pen Award  dan www.rayakultura.net


Kamis, 05 Februari 2015

HIDUP BUKAN CUMA BERSENANG-SENANG

Martinus Ruma, guru bahasa Indonesia SMA & SMK Kanaan Jakarta
ketika berbicara yang masih menunjukkan aksen kedaerahannya menjadi salah satu ciri khas dari pria ini. Pria kelahiran 7 September 1984 ini berasal dari Nusa Tenggara Timur (NTT) namun lahir dan besar di Jayapura Papua. Guru yang akrab disapa Martin ini menjadi guru Bahasa Indonesia di SMA Kristen Kanaan Jakarta Pusat. Beliau saat ini sudah berkeluarga. Perjalanan hidupnya saat sebelum menjadi guru yang penuh liku-liku membuat pria ini tidak pantang menyerah dan memiliki tekad yang kuat dalam dirinya. Terkadang di depan kelas sangatlah galak namun tidak jarang humor-humor khas ala papua coba beliau hadirkan untuk menyegarkan semangat anak didiknya. Prinsipnya sangatlah simpel “3 O” (olah hati, olah otak dan olah raga). Demikainlah cara guru ini menerapkan disiplin di dalam kelas. Harapan terbesarnya adalah menghasilkan peserta didik yang hatinya baik dan otaknya cerdeas; juga raga yang sehat.
         Pria ini dulunya pernah bergabung dalam klub sepak bola Persipura junior. Tetapi beliau meninggalkan itu semua karena beliau beranggapan bahwa hidup ini bukan cuma untuk bersenang-senang melainkan harus memikirkan orang-orang terdekat yang kita kasihi dan melakukan kebaikan untuk tabungan di Surga. “Bermain sepak bola memang kesukaan saya dan cita-cita saya sejak kecil ingin menjadi pemain bola profesional, tapi buat apa kalau kita sukses menjadi orang kaya melalui sepak bola namun tidak memiliki tabungan untuk di akhirat kelak” katanya.
            Menjadi seorang jurnalis dan guru ialah pilihan hidupnya. Kemampuannya dalam menulis tidak perlu diragukan karena sudah ada beberapa dari tulisannya pernah menjadi juara. Diantaranya juara 1 penulisan berita investigasi tentang PSK di Tanjung Elmo Jayapura Papua yang diadakan oleh AJI (Aliansi Jurnalis Independen) propinsi Papua dan juara 3 penulisan soff news yang berjudul “CITA_CITAKU MENJADI SEORANG PELACUR” oleh Persatuan wartawan kota Jayapura (PWI). Beliau mengakui bahwa menjadi penulis itu mengasyikan dan kita tidak mudah melupakan kejadian yang pernah terjadi di sekitar kita dengan menuliskan kejadian itu. Pria yang satu ini sudah pernah bertatapan dan berfoto langsung dengan almahrum mantan presiden terdahulu kita Gusdur.
Indahnya menjadi seorang jurnalis, tidak pernah kekal adanya, ada suka ada juga duka. Salah satu kehidupan pahit saat menjadi seorang jurnalis ketika beliau hampir bertaruhan nyawa karena membuka kejahatan seseorang. Namun, semua itu baginya menjadi cerita tempo dulu yang hanya bisa dijadikan pelajaran untuk menjadi lebih baik lagi ke depannya.
Ketika beliau masih muda dan belum menikah beliau beranggapan bahwa itu adalah tantangan untuk terus maju.  Namun saat sudah menikah beliau mengubah pandangan hidupnya bahwa hidup ini harus memikirkan orang- orang  yang kita kasihi juga.Salah satu motivasi yang membuat pria ini ingin menjadi jurnalis selain suka menulis beliau juga ingin menuliskan aspirasi dan harapan masyarakat Papua yang kurang begitu diperhatikan oleh pemerintah pusat, padahal di sana banyak yang lebih membutuhkan bantuan lebih dari pada di daerah lain.
            Memang benar kata pepatah, sejauh-jauhnya tupai terbang tentu akan kembali ke sarangnya. Sekian lama malang buana di dunia jurnalistik, tidak membuat beliau lupa akan profesinya sebagai guru. Karena pada saat di Jayapura beliau sudah menjadi guru, maka saat beliau pindah ke Jakarta beliau melanjutkan profesinya menjadi seorang guru. Saat hendak pindah ke Jakarta belaiu berpikir mau jadi apa kalau hidup di Jakarta dengan pendidikan standar yang beliau miliki. Ketika masih duduk di bangku kuliah pria ini harus bekerja keras sambil belajar karena kondisi ekonomi beliau yang kurang baik. Tetapi dengan kerja keras akhirnya pria ini mampu untuk hidup di Jakarta yang keras ini.  Perubahan irama hidup dan idealisme tidak membuat guru berkulit gelap ini berhenti untuk berkarya. Hal ini seolah-olah mengamini motonya sendiri bahwa hargailah perubahan walaupun kecil. (Angelina Tedjapranata, XI IPA).

LAPORAN PELAKSANAAN UN 2014 OLEH FERLITA FELIANA

Ujian Nasional menjadi topik bahasan terhangat di akhir tahun pelajaran ini. Euforia Ujian Nasional masih kental terasa, hal yang sama juga terjadi di SMA Kristen Kanaan khususnya bagi para siswa siswi kelas 3 yang baru saja mendapatkan hasil dari Ujian Nasional yang dilaksanakan pada awal Mei tersebut. Walaupun marak diberitaan berbagai masalah yang terjadi dalam pelaksanaan Ujian Nasional, tidak terjadi masalah apa pun dalam pelaksanaan Ujian Nasional di SMA Kristen Kanaan baik dari sisi naskah ujian, pengawas maupun peserta Ujian Nasional. Namun, beberapa siswa khususnya siswa jurusan IPA mengeluhkan bahwa soal yang ada tingkat kesulitannya cukup tinggi. Hal yang sama juga diperbincangkan di berbagai media massa. Kabarnya standar soal tahun ini merupakan standar soal internasional. “Mungkin karena ada beberapa soal yang dititipkan dari perguruan tinggi”, begitu ujar wakil kepala sekolah bidang kurikulum, Sorta Pakpahan saat dikonfirmasi oleh awak CNN Media di ruang kerjanya, Selas, (6/5/2014). Hasil yang didapatkan para siswa dianggap kurang memuaskan, rata-rata nilai turun di hampir semua mata pelajaran, kecuali mata pelajaran Bahasa Indonesia baik IPA maupun IPS. Tahun depan berbagai upaya akan dillakukan dengan harapan nilai rata-rata Ujian Nasional 2015 nanti akan meningkat, jelas wakasek bagian kurikulum itu lebih lanjut. Pelaksanaan ujian nasional diawali dari ujian praktik tanggal 17-21 Febuari 2014 dengan materi ujian meliputi Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Bahasa Mandarin, Musik, Agama, Olaraga, Desain Grafis, Fisika, Kimia, Biologi dan Enterprener; kemudian dilanjutkan ujian sekolah dari tanggal 10-17 Maret 2014, sedangkan bahan yang diujikan adalah materi seluruh pelajaran SMA. Tanggal 14-16 April 2014 adalah Ujian Nasional, sedangkan bahan yang diujikan yang diujikan adalah materi dari 6 bidang studi sesuai dengan jurusan masing-masing *****

“Menjalani Berbagai Peran Dengan Seimbang”

E. M Erwani, S. Pd Wakasek Kesiswaan SMA Kanaan Jakarta

Wanita kelahiran Sleman, 7 Febuari 1970 yang akrab kita sapa dengan panggilan Ibu Erwani merupakan salah satu guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Kristen Kanaan. Profesi yang berbeda dengan cita-citanya dulu tidak menghalangi beliau untuk tetap berkarya dengan maksimal. Wanita yang pada awalnya bercita-cita menjadi guru Bahasa Inggris ini, menamatkan studinya di Universitas Sanata Dharma pada tahun 1994. Tahun ini, genap sudah dua dasawarsa beliau mengabdi di Sekolah Kristen Kanaan.
Wanita yang memiliki hobi membaca ini, ternyata memiliki berbagai peran untuk dijalani. Selain sebagai seorang guru dan seorang ibu, beliau juga merupakan ketua lingkungan dan anggota paduan suara di gerejanya. Banyaknya peran yang beliau jalani, tidak membuat beliau lelah ataupun jenuh. Beliau justru mengaku senang dengan semua hal ini.
Melakukan segala sesuatu dengan seimbang, begitulah prinsip yang beliau pegang. Dalam menjalani berbagai peran yang beliau miliki, tentu saja keseimbangan satu dengan yang lainnya sangat diperlukan. Namun, kehidupan tidak selalu berjalan mulus sesuai dengan keinginan. Ada kalanya kita diharuskan memilih. Beliau bahkan merasa bahwa dirinya belum bisa menyeimbangkan peran-peran yang dimilikinya. Beliau mengaku hal yang paling sulit dalam menjalani berbagai peran yang beliau miliki adalah jadwal yang berbenturan satu dengan yang lain.
Skala prioritas dan manajemen waktu yang baik merupakan hal dasar yang menurutnya perlu dimiliki. Wanita yang mengaku terinspirasi oleh iklan biskuat ‘Semangat Ibu dan Anak’ ini menempatkan keluarga sebagai nomor 1 di skala prioritasnya. Namun, jika ada hal lain yang memang lebih mendesak daripada urusan keluarganya, beliau rela meninggalkan keluarganya demi menjalankan tanggung jawab yang diembannya.
Dituntut dengan banyak hal, tidak membuat beliau merasa tertekan. Beliau memiliki kiat-kiat ampuh untuk mengatasi rasa jenuh yang terkadang datang menghampirinya. Justru banyaknya peran yang dimiliki merupakan salah satu obat penawar rasa jenuh yang dirasakan. Disaat jenuh dengan satu bidang, beliau bisa menghilangkan kejenuhan itu dengan kesibukannya di bidang lain.
Biarkan semuanya berjalan seperti air yang mengalir. Beliau juga mengaku sangat terinspirasi oleh kisah Mukjizat Yesus di Kana. Para pelayan tidak tahu mengapa harus menyediakan air padahal yang dibutuhkan adalah anggur, namun para pelayan itu tetap menyediakan air, hingga pada akhirnya air itu diubahkan oleh Tuhan Yesus menjadi anggur.
Menurut beliau, dalam keseharian menjalani peran dan pekerjaan kita, kita harus menyediakan ‘air’. Dan ‘air’ yang kita sediakan haruslah ‘air’ dengan kualitas terbaik. Mungkin terkadang kita bingung mengapa kita harus melakukan pekerjaan yang menurut kita menjenuhkan dan tidak penting, namun kita sebaiknya tetap melakukannya dengan semaksimal mungkin. Beliau berkata bahwa jika kita telah menyediakan ‘air’ maka nantinya Tuhan sendirilah yang akan mengubah ‘air’ kita menjadi ‘anggur’ yang manis. (Eskul Jurnal/Ferlita. XI IPA)

“ Wong Urip Iku Mung Mampir Ngombe”

Indri Astuti, S. Pd Kepala SMA Kristen Kanaan Jakarta
Tutur bahasanya yang sopan dan sangat memperhatikan etika ini seolah menjelaskan darimana wanita kelahiran 17 Agustus 1966 ini berasal.  Wanita kelahiran Kulon Progo, Yogyakarta, Jawa Tengah ini telah lama menjadi pemimpin SMA Kristen Kanaan. Pembawaannya yang diplomatis dan berjiwa kepemimpinan ini menjadikan beliau sebagai pribadi yang sangat bertanggung jawab dalam segala hal yang dikerjakannya. Menjadi seorang kepala sekolah SMA Kristen Kanaan, bukanlah sebuah hal yang mudah bagi Indri Astuti, S.Pd. Oleh karena itu, dimanapun beliau ditempatkan, beliau tetap berpegang pada satu motto yaitu “ Wong Urip Iku Mung Mampir Ngombe” yang memiliki arti “Hidup di dunia ini ibarat numpang minum“. Menurut seorang lulusan S1 Sejarah ini, kita hidup di dunia ini sangat singkat, hanya seperti saat kita minum air. Oleh karena itu, air yang diminum pun harus berkualitas dan berguna. Jadi, dimanapun beliau berada, beliau ingin menjadi sosok yang berkualitas dan berguna bagi setiap orang karena beliau menyadari betapa singkatnya hidup ini. 
Oleh karena hidup yang sangat singkat tersebut, wanita yang memiliki hobi berpetualang ini memiliki semangat yang tinggi untuk meraih cita – citanya yaitu seorang guru. Memang cita – cita tersebut bukanlah sebuah hal yang dapat membuat orang kagum. Akan tetapi, dengan cita- cita yang sederhana tersebut, beliau mampu menjadi ‘air yang berkualitas’ bagi sesama rekan kerja maupun para peserta didik. Hal ini sudah ia buktikan dengan menjadi pemimpin yang berkualitas bagi SMA Kristen Kanaan. Menjadi seorang pahlawan tanpa tanda jasa adalah impiannya sejak kecil. Latar belakang keluarganya yang hampir semuanya berprofesi sebagai guru turut mendorong impiannya. Kedua orang tuanya tak pernah melarang beliau untuk menjadi seorang guru. Bahkan, kedua orang tuanya terus memotivasi beliau dan menuntun beliau untuk menjadi seorang guru. Sejak kelas 1 Sekolah Menengah Pertama, wanita yang akrab dipanggil ‘Tuti‘ ini telah menjadi seorang guru bagi murid – murid Taman Kanak – Kanak. 
Anak pertama dari lima bersaudara ini juga memiliki banyak prestasi baik itu akademik maupun non- akademik. Prestasi akademik yang beliau capai adalah selalu meraih peringkat 3 besar sejak Sekolah Dasar. Sementara, prestasi non- akademiknya adalah beliau dapat menjadi ‘air yang berkualitas‘ dengan selalu aktif di berbagai organisasi; baik itu organisasi di gereja maupun Organisasi Siswa Intra Sekolah. ‘Air yang berkualitas‘ dalam kegiatan berorganisasi adalah jiwa kepemimpinannya yang selalu berguna dalam setiap organisasi. Oleh karena itu, tak heran apabila dalam Organisasi Siswa Intra Sekolah, beliau selalu mendapatkan posisi ketua, sekretaris ataupun bendahara. Beliau juga kerap kali mendapatkan tugas pelayanan untuk memimpin Pendalaman Alkitab atau berbagai kegiatan rohani lainnya di gerejanya. Hal ini membuktikan ‘air yang berkualitas‘ dalam hal jiwa kepemimpinannya benar – benar dapat berguna dengan baik dan dapat menjadi panutan bagi orang lain.
Sebagai seorang kepala SMA Kristen Kanaan yang dapat menjadi ‘air yang berkualitas‘, beliau memiliki banyak pengalaman maupun keluh kesah dalam menjabat posisi tersebut. Kegembiraan baginya dalam mencapai posisi tersebut adalah setiap tahun, beliau akan bertemu dengan berbagai pribadi yang baru baginya. Mereka adalah murid – murid yang baru melangkahkan kaki ke SMA Kristen Kanaan Jakarta. Bagi wanita yang telah mengajar di Sekolah Kanaan sejak tahun 1991 ini, murid – murid tersebut adalah kawan baru bagi beliau. Selain itu, berbagai tantangan yang dihadapi beliau; baik itu dari siswa ataupun orang tua murid juga merupakan kegembiraan bagi beliau karena dapat mengasah dirinya lebih baik lagi untuk menjadi ‘air yang berkualitas‘. Kegembiraan selanjutnya adalah jika alumni siswa – siswi SMA Kristen Kanaan datang dan masih mengingat guru – guru mereka. Itu adalah kegembiraan yang luar biasa untuk wanita yang satu ini. Disamping kebahagiaan yang beliau alami, beliau juga memiliki pengalaman yang mendukakan hati beliau yaitu saat ada alumni SMA Kanaan yang bertemu dengannya tidak menyapa, tapi membuang muka. Ini sangat menyakiti hati setiap guru.
Untuk dapat menjadi ‘air yang berkualitas‘, sosok yang ramah ini memiliki saran bagi siswa – siswi SMA Kristen Kanaan. “Jadilah orang muda yang takut akan Tuhan“ katanya saat diwawancarai di tengah – tengah kesibukannya sebagai pemimpin SMA Kristen Kanaan. Dengan menjadi pribadi yang takut akan Tuhan, kita dapat menjadi terang bagi sesama kita. Selain itu, hendaknya kita menjadi pribadi yang memiliki daya juang yang tinggi. Seperti yang dilakukan oleh anak – anak daerah yang  beritanya seringkali kita dengar. Mereka sangat bersungguh – sungguh ingin belajar di sekolah, sehingga segala tantangan akan mereka tempuh. Walaupun hujan mengguyur desa mereka; walaupun sungai sebagai jalan penghubung mereka dengan sekolah mereka meluap; walaupun badai menghadang; walaupun fasilitas sekolah yang mereka miiki tak sebagus sarana dan prasarana sekolah di ibukota; walaupun atap sekolah mereka bocor; walapun ribuan tetesan air menetes di kala mereka menghadapi ujian; meskipun bangunan sekolah mereka runtuh, tapi semua hal tersebut tak menghalangi semangat dan daya juang mereka untuk tetap bersekolah. Mereka tetap berjuang untuk meraih mimpi mereka. Mimpi yang dapat menghantarkan mereka untuk menjadi ‘air yang berkualitas‘ selama mereka masih hidup di dunia ini. (*Henny Febriani / XI IPA) 

Selasa, 27 Januari 2015

PEMILU OSIS SMA KANAAN JAKARTA 2014/2015

Tak terasa masa jabatan OSIS SMA Kristen Kanaan  periode 2013/2014 sudah akan berakhir. Hal ini menandakan akan munculnya ketua OSIS SMA Kristen Kanaan yang baru! Pembukaan penyalonan diri sebagai calon ketua OSIS untuk semua siswa-siswi SMA Kristen Kanaan atas rekomendasi dari wali kelas. Setelah mencalonkan, tahap berikutnya adalah wawancara dan melakukan penyalingan. Melalui bertahap-tahap seleksi maka kita mendapatkan tiga calon ketua OSIS yang baru, yaitu Mikhael (X IIS 2), Novia (XI MIA), dan  Josafat (XI IIS 1).
Mereka melakukan kampanye mereka yang bertema tokoh inspiratif pada hari Rabu, 10 Desember 2014. Masing-masing calon ketua OSIS menampilkan kemampuan mereka dengan penuh kreatif, mulai dari yel-yel dari tim suksesnya sampai mading yang berisi tokoh inspiratif, identitas, visi dan misi mereka, serta kemampuan mereka menarik perhatian siswa-siswi supaya tergerak hatinya untuk memberikan suara berharga kepada mereka.
Kamis, 11 Desember 2014 adalah hari pemilihan ketua OSIS periode 2014/2015. Pemilihan dilakukan waktu bersamaan yang dilaksanakan di ruang kelas masing-masing secara bersamaan. Setiap siswa-siswi mendapatkan satu lembar kartu suara. Lalu apa tugas dari siswa-siswi yang memiliki kartu suara itu? Tugas mereka satu-satunya adalah menyoblos calon ketua OSIS yang mereka anggap baik dan mampu memimpin mereka di masa yang akan datang. Pelaksanaan pemilihan harus secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Maka dari itu, siswa-siswi dipanggil satu persatu ke keluar kelas untuk melakukan penyoblosan. Hal ini bertujuan untuk mencegah ada penghasutan atau pembujukan dari teman-teman yang lain saat melakukan pemilihan.
Perhitungan suara dilakukan pada hari yang sama. Setelah jam istirahat kedua semua siswa-siswi dikumpulkan di aula untuk melakukan perhitungan dan siswa-siswi sebagai saksi dari hasil perhitungan suara. Uh… rasanya deg-degan! Sebab, semuanya pasti ingin calon yang ia milih bisa menang, bukan? Sebelum perhitungan suara ada kata sambutan dari kepala sekolah SMA Kristen Kanaan, Bu Indri dan laporan pertanggungjawaban dari Ketua OSIS dan wakil ketua OSIS periode 2013/2014, Vanessa dan Novia yang berisi program kerja yang pernah dilaksanakan pada OSIS periode 2013/2014. Nah, setelah itu, waktunya perhitungan suara!
Hasil dari perhitungan suara, maka lahirlah ketua OSIS baru kita! Josafat sebagai pemenang yang mendapatkan suara sebanyak 115 suara, posisi keduanya adalah Novia yang mendapatkan 56 suara dan Mikhael sebanyak 47 suara. Total suara 218 suara. Maka, Josafat adalah Ketua OSIS baru periode 2014/2015 dan wakilnya adalah Novia. Selamat untuk mereka berdua! Akhir dari acara pemilihan ketuan OSIS berakhir dengan baik, semua siswa-siswi puas dengan hasilnya. Selamat! (Wei dan Reinaldi)

GALERI SMA KANAAN JAKARTA












Kumpulan foto saat kegiatan bersama EF dan kepolisian di SMA Kristen Kanaan Jakarta

Story Telling dari EF

Semua pasti tahu SMA Kristen Kanaan mengadakan kerja sama dengan EF, bukan? Nah, EF ini mengadakan acara untuk siswa-siswi SMA Kristen Kanaan, loh! Acara seperti apa sih?
Rabu, 10 Desember 2014 setelah mengadakan kampanye untuk pemilihan ketua OSIS
VILIA dan NATANAEL siswa kelas XI IPA saat pementasan drama bersama EF
baru, kegiatan siswa-siswi dilanjutkan dengan mengikuti acara dari EF di aula yang berada di lantai empat. Awal acara Mr.Philip mau membagi setiap kelas menjadi dua kelompok, yaitu penyanyi dan pemain drama. Bagaimana caranya? Caranya cukup unik. Mr.Philip akan memutar beberapa lagu dan murid-murid harus menyanyikan lagu tersebut. Pemilihan personal dari kedua kelompok ditentukan oleh guru-guru impor melalui sikap menyanyi siswa-siswi. Setelah beberapa lagu itu habis diputarkan, maka kita mendapatkan personal-personal untuk masing-masing kelompok dari setiap kelas. kelompok penyanyi tetap berlatih di aula bersama Mr.Philip, lalu pemain-pemain drama bersama guru-guru pembimbing dari EF melakukan latihan di kelas masing-masing.
Lalu drama seperti apa yang akan dimainkan? Drama ini diambil dari sebuah film tahun 1965 yang berjudul “The Sound of Music”, sebuah film yang menceritakan kisah romance antara Maria dan Kapten Georg Ritter Von Trapp. Setiap kelas mendapatkan teks cerita dan teks lagu yang sama, maka dari situlah pengujian kekreativitas siswa-siswi. Bagaimana menghasilkan drama yang beda dari yang lain dengan cerita yang sama? Hasilnya ditunjukkan di hari pementasan, yaitu Jumat, 12 Desember 2014.
Pada hari pementasan siswa-siswi memberikan pementasan yang terbaik dari mereka. Mulai dari nyanyian, alur cerita dan dialog, kostum, bahkan ada siswa yang rela berdandan menjadi cewe. Pendapat siswa-siswi dengan pementasan juga berbeda-beda, ada yang mengatakan pementasannya seru, bagus, keren, kreatif, dan unik. Ada juga yang mengatakan bahwa pementasan itu sedikit bosen karena ada beberapa kelas volume suaranya kurang menyebabkan kurang mengerti jalannya cerita. Namun, bisa dikatakan acara tersebut berjalan dengan lancar. Nah, namanya pementasan pasti ada penghargaan untuk best performance.  Kedudukan ketiga diraih oleh kelas XII SOC 2 dan posisi kedua diraih  oleh kelas XII IPA. Lalu, kelas yang meriah penghargaan best performance adalah kelas XI MIA. (Wei dan MIlano)

UAS PERTAMA KURIKULUM 2013

Pelaksanaan Ujian Akhir Semester yang berlangsung pada tanggal 1 Desember 2014 sampai dengan 9 Desember 2014 yag bertempat di SMA Kristen Kanaan telah usai. Hasilnyapun beberapa sudah dibagikan kepada para murid. Berbeda dengan Ujian Tengah Semester sebelumnya, soal diberikan dalam bentuk pilihan ganda. Ketua panitia pelaksanaan UAS yatu Ibu Jozina Fetty mengatakan bahwa beliau cukup senang karena pelaksanaan UAS berlangsung cukup memuaskan karena tidak ada yang tertangkap menyontek dan sepertinya murid-murid cukup serius dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ibu Yani selaku sekretaris dan seksi konsumsi dalam kepanitiaan menyatakan hal yang sama dengan Ibu Fetty ketika ditemui di tempat yang berbeda. Meskipun ekspektasinya selama UAS semua murid bisa bennar-benar tertib dalam menaati peraturan tetapi memang tetap saja ada yang melanggar. Banyak yang masih mengabaikan kerapihan dan kedisiplinan serta kelengkapan seragam. Jika diberikan angka 0 sampai 100 untuk persentase keteritiban selama pelaksanaan UAS, Ibu Fetty memberikannya 80%. Kepanitiaan UAS 2014 terdiri dari 3 orang pengurus inti yang dibantu oleh seluruh dewan SMAK Kristen Kanaan Jakarta. ibu Fetty sebagai ketua yang dibantu oleh ibu Yani dan pak Leo sebagai bendahara. Ketiganya kurang lebih bertugas untuk menyusun dan mempersiapkan jadwal mata pelajaran yang diujiankan, jadwal guru yang mengawas, denah tempat duduk, serta menyusun tata tertib UAS. Menurut Ibu Fetty hasil UAS memang masih jauh dari kata memuaskan, faktor-faktor penyebabnya karena persiapan para siswa kurang dan siswa kurang sigap dalam menanggapi cara kerja kurikulum baru sehingga waktu banyak terbuang dan tidak ada waktu untuk membahas soal. Sedangkan menurut Ibu Yani, para siswa mungkin kewalahan dan pontang-panting menghadapi materi ujian yang begitu banyak. Maka dari itu, diharapkan para siswa belajar dengan benar dan tidak main-main.“Kalau kita ingat pengorbanan orang tua kita, pasti kita bisa belajar sungguh-sungguh,” ujar Ibu Fetty sebagai pesan kepada para murid (Eskul Jurnalistik/Novita).

PANTUN KARYA SISWA SMA KANAAN JAKARTA

TENNY (XI IIS 1) Pelabuhan merak adanya di Banten Banyak kapal di lautan Jika ingin cari sekolah keren daftar saja di Sekolah Kristen Kanaan JULIA (XI IIS 1) Ikan lele ikan kembung Enak dimakan dengan lalapan Anak kanaan rajin menabung Supaya sukses di masa depan NATALIA (XI IIS 1) Ada lalat di atas makanan Di usir pake sapu lidi Aku senang sekolah di kanaan Guru-gurunya pada baik hati Fransisca (XI IIS 1) Pergi ke paris beli terasi Terasi habis terpaksa pulang Jika sukses datang dikemudian hari Jasa kanaanlah yang dikenang YOSHUA (XI IIS 2) Ke rumah mantan buat singgah Dikasih makan buah rambutan Kalau anak minta sekolah Datang aja ke kanaan FIDELIA (XI IIS 2) Kuda perang jalannya kencang Kuda beban jalannya pelan Cari sekolah jangan bingung Pilih saja sekolah kanaan

PUISI KARYA SISWA SMA KANAAN JAKARTA


BAPAK PRESIDEN

Karya: Silvia Chentoso XII IPA

Presiden RI Jokowidodo
Bapak Presiden...
Seorang pemimpin berjiwa mulia.
Tanpa Pamrih membangun bangsa,
Menuju bangsa baru impian Indonesia.
            Bapak Presiden...
            Engkau terlahir dari kesederhanaan,
            tampak polos di tengah kejayaan.
            Kau layak jadi pimpinan.
Bapak Presiden...
Bagai cahaya di tengah kegelapan
Kau hadir sebagai harapan baru.
Langkah baru menuju Indonesia hebat.

Presidenku

Karya: Marcel XII IPA

Bagai pungguk merindukan bulan,
Kau datang dengan kesederhanaan
Kini, terbukalah gerbang kemerdekaan
Awal kesempurnaan yang tertunda
Tak perlu melihat paras
Hatimu bagai sehelai kapas
Air keringat keluar deras
Suatu tanda kerja keras
Wahai presidenku yang terpilih
Putra bangsa yang terkasih
Walupun kau berjalan tertatih
TerTerbanglah tinggi bersama merah putih

Senin, 26 Januari 2015

MEMBINGKAI ULANG INDONESIA

 Oleh Martinus Ruma, S. Pd
(guru Bahasa Indonesia SMA& SMK Kristen Kanaan Jakarta)
A. Potret Manusia Indonesia zaman ini

“Ye ile pak ribet amat si pakai heningkan cipta segala, orang meninggalnya saja uda lama. Lantas apa persoalannya kalau meninggalnya sudah lama, tanya sang guru. Ih.. si bapak, ya pasti sudah masuk surgalah orang didoakan oleh seluruh rakyat Indonesia setiap upacara bendera” tetapi pernahkah kamu berpikir jika tanpa pahlawan yang gugur kebebasan pun tidak pernah ada?, ujar sang guru”.

foto ilustasi dari internet tentang realitas ke'Indonesiaan kita
Kutipan di atas merupakan penggalan pembicaraan antara guru dan murid usai upacara bendera; dari dialog tersebut terdapat dua hal penting. Pertama kelogisan berpikir dan kedua romantisme masa lalu. Sisi yang satu mengharapkan kepatuhan, cinta tanah air dan sederet sikap patriotik lainnya sedangkan sisi yang lainnya mengharapakan jawaban yang logis dan contoh kongkrit. Dua hal tersebut seperti dua sisi mata uang, tidak pernah saling bertemu namun sejatinya mereka adalah satu kepingan uang. Demikianlah gambaran remaja masa kini dan harapan dari orang tua di rumah dan guru di sekolah.
Harapan dan kenyataan selalu tidak sejalan di abad ke 21 ini; misalnya di depan kelas guru sejarah mengatakan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawanya. Kongkritnya sang guru berharap para murid bisa mengikuti upacara bendera dengan baik terutama saat mengheningkan cipta. Namun, faktanya upacara bendera dilalui hanya sebagai rutinitas biasa. Semangat persatuan dan kesatuan dari para pahlawan terdahulu diharapkan menjadi semangat pelajar masa kini. kenyataanya tawuran antara pelajar sering terjadi. Lansiran dari tempo online, Kamis (4/9/14) Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) mencatat ada 229 kasus tawuran pelajar sepanjang Januari-Oktober tahun 2013. Jumlah ini meningkat sekitar 44 persen dibanding tahun lalu yang hanya 128 kasus. Dalam 229 kasus kekerasan antarpelajar SMP dan SMA itu, 19 siswa meninggal dunia. Demikian juga dengan guru bahasa Indonesia, ikrar para pemuda untuk berbahasa satu bahasa Indonesia. Semangat yang sama pun diharapakan oleh sang guru agar siswanya bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Namun lagi-lagi fakta menunjukan lain. Dalam kehidupan sehari-hari, anak muda lebih senang dan merasa gaul jika mereka meng-update status di jejaring sosial dengan bahasa Inggris. Menyatakan cinta dengan kata “i love u” mengatakan rindu dengan “i miss u” merasa tidak gaul dan malu jika mengatakannya dengan bahasa Indonesia, alasannya pasti tidak keren dan tidak romantis. Apakah begitu buruknya bahasa Indonesia sampai penuturnya sendiri enggan mengakui keberadaanya?. Jika ini terus terjadi, bukan tidak mungkin bahasa Indonesia hanyalah tinggal sejarah seperti bahasa sansekerta yang telah lama dilupakan orang. Sedangkan sumpa pemuda hanyalah sumpah tentang sejarah bangsa Indonesia di masa lalu apalagi mengingat isi pancasila sebagai idiologi bangsa. 
Sedikit fakta coba penulis jabarkan tentang pancasila sebagai idiologi bangsa. Hasil survei tentang pancasila sebagai idiologi bangsa yang dilakukan oleh aktivis Gerakan Nasionalis Indonesia (GNI) di Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, dan Universitas Brawijaya pada tahun 2010. Sebanyak 80 persen mahasiswa memilih syariah sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara. Sebanyak 15,5 persen responden memilih aliran sosialisme dengan berbagai varian sebagai acuan hidup. “Hanya 4,5 persen responden yang masih memandang Pancasila tetap layak sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara”. Fenomena ini jika dibiarkan terus terjadi maka generasi sesudah kita kemungkinan besar tidak tahu sejarah dan budaya bangsanya sendiri. Tentu persoalan sejarah bangsa dan budaya tidak bisa dijadikan ukuran nasionalisme seseorang karena nasionalisme lebih dari sekedar budaya dan persoalan sejarah; apalagi kegiatan ceremonial macam upacara bendera, tetapi sejarah bangsa adalah dokumentasi bangsa dan budaya menjadi identitas dari dari sebuah bangsa (meminjam istilah Remi Salado dalam antalogi puisi pelacur-pelacur Jakarta).


B.           Idealitas yang Diharapkan untuk Membingkai Ulang Indonesia
Sederet fakta tentang nasonalisme kaum muda, nampak miris. Antara harapan dan keyataan selalu tidak sejalan adalah tanggung jawab bersama untuk meyatukan romantisme masa lalu dan idealisme generasi abad 21 dalam satu bingkai yang bernama Indonesia raya. Impian orang tua adalah melihat kesuksesan seorang anak sehingga dapat berguna bagi keluarga dan negara. Telah menjadi harapan seorang guru melihat murid yang cerdas dan berahklak mulia, memiliki rasa tanggung jawab dan berjiwa pancasila. Ibarat sebuah bingkai yang di pasang foto yang bagus; tentu memancarkan panorama indah yang menyejukan mata. Demikian juga dengan ekspektasi kita untuk melihat Indonesia menjadi macan Asia dan disegani oleh bangsa lain. Ekspektasi kita berada di tangan generasi muda dan hanya pada pundak generasi muda harapan itu menjadi bertaji. Tugas kita bersama untuk membingkai ulang Indonesia agar enak dipandang. Hal ini bukan dimulai dari generasi mudanya saja tetapi yang pertama dan terutama adalah dari diri sendiri.
Satu hal yang menyatukan orang tua dan guru adalah harapan. Hal yang sama pun diimpikan dari seorang murid kepada guru dan orang tua. Murid mengharapkan contoh kongkrit bukan kata-kata seperti nasionalisme, tanggung jawab, jiwa pancasila dan disiplin. Kata hanyalah sebuah kata tanpa makna. Deretan kata tersebut akan bermakna jika dinyatakan dalam perbuatan sehari-hari. Sudahkah para guru di sekolah dan orang tua di rumah memberi contoh kongkrit dari apa yang diajarkan kepada anak di rumah para murid di sekolah?. Sebuah pertanyaan retoris tingkat tinggi; yang membutuhkan jawaban dari para guru di sekolah dan orang tua di rumah.
C.           Cara Membingkai Ulang Indonesia
Di zaman digital seperti ini kebenaran sejati bagi seorang anak (walau tidak semua) adanya pada google namun menjadi penyimbang yang sebanding jika guru dan orang tua bisa memberi contoh kongkrit. Lantas caranya bagaimana?. Jawaban sangat sederhana mulailah dari diri sendiri dengan menerapkan 3T (tahu diri, tahu waktu dan tahu tempat).

Tahu diri, sebagai guru; tindakan saya, kata–kata saya, cara berbusana saya sudahkah mencerminkan seorang pendidik yang dapat memberikan contoh yang baik bagi murid di sekolah dan di manapun saya berada?. Sebagai pelajar, kata-kata dan tindakan saya, sudahkan mencerminkan seorang pelajar, ataukah tindakan saya tidak jauh bedanya dengan preman di terminal?. Tahu tempat, sebagai guru sudahkah saya menempatkan diri saya sebagai seorang tuan guru yang segala tindakan saya baik di sekolah, di lingkungan masyarakat atau pun di media sosial yang akan ditiru oleh siswa. Sebagai siswa, sudahkah saya berbusana sesuai dengan tempatnya?. Atau jangan-jangan di sekolah saya menggunakan sendal jepit padahal tempatnya di sekolah dan sekolah mempunyai aturan. Tahu waktu, sebagai guru; di depan kelas kita selalu mengatakan korupsi itu jelek. Memang benar kenyataannya korupsi itu jelek dan sangat merugikan. Namun, terkadang seorang guru pun di depan kelas melakukan korupsi. Bel istirahat sudah berbunyi guru masih saja mengajar. Murid “berkicau” sang guru menjawab “tanggung ne, tinggal sedikit lagi”. Hal yang sama pun terjadi pada saat pergantian jam pelajaran. Saling menunggu antara guru yang sedang mengajar dan guru yang akan menggantikan. Ini adalah perbuatan yang merugikan bagi siswa dan sejawat. Inilah model kecil dari penyakit bangsa yang bernama korupsi. Teriangat kata seorang kawan dalam suatu renungan pagi. “Jika hal-hal kecil seperti korupsi waktu yang dilakukan seorang guru atau ketidak disiplinan siswa dibiarkan saja maka akan menciptakan persoalan besar di masa mendatang”. Jika guru saja tidak tahu waktu istirahat mana dan waktu belajar mana, maka jangan pernah menuntut siswa untuk diam saat jam pelajaran karena tindakan siswa adalah cerminan dari guru dan orang tua di rumah.
Rumah semuanya bermula dan semuanya berujung sekiranya itulah falsafah klasik tentang rumah; dari rumah orang tua dan anak mulai mengawali hari baru, menjalani, kemudian mengahirinya dalam kebersamaan dalam sebuah bingkai keluarga. Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang baik, niscaya dalam hatinya akan tumbuh perasaan “nasionalisme” terhadap keluarga tersebut. Ia akan memikirkan kepentingan keluarga di atas kepentingan pribadinya. Perasaan “nasionalisme” terhadap keluarga tersebut akan berkembang menjadi perasaan “nasionalisme” terhadap RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, dan seterurusnya sampai “nasionalisme” terhadap bangsa dan negara. Sebaliknya, dalam keluarga yang kacau, ikatan kekeluargaan akan sangat longgar. Setiap anggota keluarga hanya mementingkan pribadi masing-masing. Dari keluarga seperti ini, mustahil akan tumbuh perasaan nasionalisme terhadap negara. Karena itu tidak salah kalau ada yang mengatakan bahwa nasionalisme seseorang tumbuh dari keluarga masing-masing. Keluarga yang baik akan menelorkan seorang yang barakhlak  baik, yang tidak akan mau merugikan orang lain. Dalam skala yang lebih besar, dia juga tidak akan mau merugikan lingkungan sekitarnya.
D.           Glosarium dari Sebuah Kata yang Bernama Nasionalisme
Orang yang tumbuh dari keluarga yang kacau, mustahil bisa tumbuh jadi orang yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negaranya. Oleh karena itu, sebelum berbicara tentang nasionalisme, lebih baik benahi dahulu keluarga masing-masing agar anak-anaknya tumbuh menjadi orang yang baik. Cukup dengan tindakan sederhana sehari-hari.
Di rumah, hematlah pemakaian air, listrik, dan telepon yang tidak perlu. Jika setiap rumah tangga bisa menghemat biaya tersebut Rp. 10.000 sebulan, dan jika ada 10 juta rumah tangga yang melakukannya, maka secara nasional dapat dihemat Rp.1,2 triliun setahun. Uang yang dihemat tersebut akan memperkuat sisi penawaran dan akan mendorong tumbuhnya investasi domestik melalui pasar uang dan modal. Tumbuhnya investasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang akan meningkatkan kemakmuran masyarakat. Jika penghematan biaya tersebut diperluas, misalnya untuk BBM, sandang, pangan dan perumahan, khususnya untuk barang-barang yang kandungan importnya tinggi, jelas efeknya akan sangat besar untuk memacu pertumbuhan ekonomi misalnya. Mari dimulai nasionalisme dari sekarang dan dimulai dari rumah sendiri.