Selasa, 27 Januari 2015

PEMILU OSIS SMA KANAAN JAKARTA 2014/2015

Tak terasa masa jabatan OSIS SMA Kristen Kanaan  periode 2013/2014 sudah akan berakhir. Hal ini menandakan akan munculnya ketua OSIS SMA Kristen Kanaan yang baru! Pembukaan penyalonan diri sebagai calon ketua OSIS untuk semua siswa-siswi SMA Kristen Kanaan atas rekomendasi dari wali kelas. Setelah mencalonkan, tahap berikutnya adalah wawancara dan melakukan penyalingan. Melalui bertahap-tahap seleksi maka kita mendapatkan tiga calon ketua OSIS yang baru, yaitu Mikhael (X IIS 2), Novia (XI MIA), dan  Josafat (XI IIS 1).
Mereka melakukan kampanye mereka yang bertema tokoh inspiratif pada hari Rabu, 10 Desember 2014. Masing-masing calon ketua OSIS menampilkan kemampuan mereka dengan penuh kreatif, mulai dari yel-yel dari tim suksesnya sampai mading yang berisi tokoh inspiratif, identitas, visi dan misi mereka, serta kemampuan mereka menarik perhatian siswa-siswi supaya tergerak hatinya untuk memberikan suara berharga kepada mereka.
Kamis, 11 Desember 2014 adalah hari pemilihan ketua OSIS periode 2014/2015. Pemilihan dilakukan waktu bersamaan yang dilaksanakan di ruang kelas masing-masing secara bersamaan. Setiap siswa-siswi mendapatkan satu lembar kartu suara. Lalu apa tugas dari siswa-siswi yang memiliki kartu suara itu? Tugas mereka satu-satunya adalah menyoblos calon ketua OSIS yang mereka anggap baik dan mampu memimpin mereka di masa yang akan datang. Pelaksanaan pemilihan harus secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. Maka dari itu, siswa-siswi dipanggil satu persatu ke keluar kelas untuk melakukan penyoblosan. Hal ini bertujuan untuk mencegah ada penghasutan atau pembujukan dari teman-teman yang lain saat melakukan pemilihan.
Perhitungan suara dilakukan pada hari yang sama. Setelah jam istirahat kedua semua siswa-siswi dikumpulkan di aula untuk melakukan perhitungan dan siswa-siswi sebagai saksi dari hasil perhitungan suara. Uh… rasanya deg-degan! Sebab, semuanya pasti ingin calon yang ia milih bisa menang, bukan? Sebelum perhitungan suara ada kata sambutan dari kepala sekolah SMA Kristen Kanaan, Bu Indri dan laporan pertanggungjawaban dari Ketua OSIS dan wakil ketua OSIS periode 2013/2014, Vanessa dan Novia yang berisi program kerja yang pernah dilaksanakan pada OSIS periode 2013/2014. Nah, setelah itu, waktunya perhitungan suara!
Hasil dari perhitungan suara, maka lahirlah ketua OSIS baru kita! Josafat sebagai pemenang yang mendapatkan suara sebanyak 115 suara, posisi keduanya adalah Novia yang mendapatkan 56 suara dan Mikhael sebanyak 47 suara. Total suara 218 suara. Maka, Josafat adalah Ketua OSIS baru periode 2014/2015 dan wakilnya adalah Novia. Selamat untuk mereka berdua! Akhir dari acara pemilihan ketuan OSIS berakhir dengan baik, semua siswa-siswi puas dengan hasilnya. Selamat! (Wei dan Reinaldi)

GALERI SMA KANAAN JAKARTA












Kumpulan foto saat kegiatan bersama EF dan kepolisian di SMA Kristen Kanaan Jakarta

Story Telling dari EF

Semua pasti tahu SMA Kristen Kanaan mengadakan kerja sama dengan EF, bukan? Nah, EF ini mengadakan acara untuk siswa-siswi SMA Kristen Kanaan, loh! Acara seperti apa sih?
Rabu, 10 Desember 2014 setelah mengadakan kampanye untuk pemilihan ketua OSIS
VILIA dan NATANAEL siswa kelas XI IPA saat pementasan drama bersama EF
baru, kegiatan siswa-siswi dilanjutkan dengan mengikuti acara dari EF di aula yang berada di lantai empat. Awal acara Mr.Philip mau membagi setiap kelas menjadi dua kelompok, yaitu penyanyi dan pemain drama. Bagaimana caranya? Caranya cukup unik. Mr.Philip akan memutar beberapa lagu dan murid-murid harus menyanyikan lagu tersebut. Pemilihan personal dari kedua kelompok ditentukan oleh guru-guru impor melalui sikap menyanyi siswa-siswi. Setelah beberapa lagu itu habis diputarkan, maka kita mendapatkan personal-personal untuk masing-masing kelompok dari setiap kelas. kelompok penyanyi tetap berlatih di aula bersama Mr.Philip, lalu pemain-pemain drama bersama guru-guru pembimbing dari EF melakukan latihan di kelas masing-masing.
Lalu drama seperti apa yang akan dimainkan? Drama ini diambil dari sebuah film tahun 1965 yang berjudul “The Sound of Music”, sebuah film yang menceritakan kisah romance antara Maria dan Kapten Georg Ritter Von Trapp. Setiap kelas mendapatkan teks cerita dan teks lagu yang sama, maka dari situlah pengujian kekreativitas siswa-siswi. Bagaimana menghasilkan drama yang beda dari yang lain dengan cerita yang sama? Hasilnya ditunjukkan di hari pementasan, yaitu Jumat, 12 Desember 2014.
Pada hari pementasan siswa-siswi memberikan pementasan yang terbaik dari mereka. Mulai dari nyanyian, alur cerita dan dialog, kostum, bahkan ada siswa yang rela berdandan menjadi cewe. Pendapat siswa-siswi dengan pementasan juga berbeda-beda, ada yang mengatakan pementasannya seru, bagus, keren, kreatif, dan unik. Ada juga yang mengatakan bahwa pementasan itu sedikit bosen karena ada beberapa kelas volume suaranya kurang menyebabkan kurang mengerti jalannya cerita. Namun, bisa dikatakan acara tersebut berjalan dengan lancar. Nah, namanya pementasan pasti ada penghargaan untuk best performance.  Kedudukan ketiga diraih oleh kelas XII SOC 2 dan posisi kedua diraih  oleh kelas XII IPA. Lalu, kelas yang meriah penghargaan best performance adalah kelas XI MIA. (Wei dan MIlano)

UAS PERTAMA KURIKULUM 2013

Pelaksanaan Ujian Akhir Semester yang berlangsung pada tanggal 1 Desember 2014 sampai dengan 9 Desember 2014 yag bertempat di SMA Kristen Kanaan telah usai. Hasilnyapun beberapa sudah dibagikan kepada para murid. Berbeda dengan Ujian Tengah Semester sebelumnya, soal diberikan dalam bentuk pilihan ganda. Ketua panitia pelaksanaan UAS yatu Ibu Jozina Fetty mengatakan bahwa beliau cukup senang karena pelaksanaan UAS berlangsung cukup memuaskan karena tidak ada yang tertangkap menyontek dan sepertinya murid-murid cukup serius dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Ibu Yani selaku sekretaris dan seksi konsumsi dalam kepanitiaan menyatakan hal yang sama dengan Ibu Fetty ketika ditemui di tempat yang berbeda. Meskipun ekspektasinya selama UAS semua murid bisa bennar-benar tertib dalam menaati peraturan tetapi memang tetap saja ada yang melanggar. Banyak yang masih mengabaikan kerapihan dan kedisiplinan serta kelengkapan seragam. Jika diberikan angka 0 sampai 100 untuk persentase keteritiban selama pelaksanaan UAS, Ibu Fetty memberikannya 80%. Kepanitiaan UAS 2014 terdiri dari 3 orang pengurus inti yang dibantu oleh seluruh dewan SMAK Kristen Kanaan Jakarta. ibu Fetty sebagai ketua yang dibantu oleh ibu Yani dan pak Leo sebagai bendahara. Ketiganya kurang lebih bertugas untuk menyusun dan mempersiapkan jadwal mata pelajaran yang diujiankan, jadwal guru yang mengawas, denah tempat duduk, serta menyusun tata tertib UAS. Menurut Ibu Fetty hasil UAS memang masih jauh dari kata memuaskan, faktor-faktor penyebabnya karena persiapan para siswa kurang dan siswa kurang sigap dalam menanggapi cara kerja kurikulum baru sehingga waktu banyak terbuang dan tidak ada waktu untuk membahas soal. Sedangkan menurut Ibu Yani, para siswa mungkin kewalahan dan pontang-panting menghadapi materi ujian yang begitu banyak. Maka dari itu, diharapkan para siswa belajar dengan benar dan tidak main-main.“Kalau kita ingat pengorbanan orang tua kita, pasti kita bisa belajar sungguh-sungguh,” ujar Ibu Fetty sebagai pesan kepada para murid (Eskul Jurnalistik/Novita).

PANTUN KARYA SISWA SMA KANAAN JAKARTA

TENNY (XI IIS 1) Pelabuhan merak adanya di Banten Banyak kapal di lautan Jika ingin cari sekolah keren daftar saja di Sekolah Kristen Kanaan JULIA (XI IIS 1) Ikan lele ikan kembung Enak dimakan dengan lalapan Anak kanaan rajin menabung Supaya sukses di masa depan NATALIA (XI IIS 1) Ada lalat di atas makanan Di usir pake sapu lidi Aku senang sekolah di kanaan Guru-gurunya pada baik hati Fransisca (XI IIS 1) Pergi ke paris beli terasi Terasi habis terpaksa pulang Jika sukses datang dikemudian hari Jasa kanaanlah yang dikenang YOSHUA (XI IIS 2) Ke rumah mantan buat singgah Dikasih makan buah rambutan Kalau anak minta sekolah Datang aja ke kanaan FIDELIA (XI IIS 2) Kuda perang jalannya kencang Kuda beban jalannya pelan Cari sekolah jangan bingung Pilih saja sekolah kanaan

PUISI KARYA SISWA SMA KANAAN JAKARTA


BAPAK PRESIDEN

Karya: Silvia Chentoso XII IPA

Presiden RI Jokowidodo
Bapak Presiden...
Seorang pemimpin berjiwa mulia.
Tanpa Pamrih membangun bangsa,
Menuju bangsa baru impian Indonesia.
            Bapak Presiden...
            Engkau terlahir dari kesederhanaan,
            tampak polos di tengah kejayaan.
            Kau layak jadi pimpinan.
Bapak Presiden...
Bagai cahaya di tengah kegelapan
Kau hadir sebagai harapan baru.
Langkah baru menuju Indonesia hebat.

Presidenku

Karya: Marcel XII IPA

Bagai pungguk merindukan bulan,
Kau datang dengan kesederhanaan
Kini, terbukalah gerbang kemerdekaan
Awal kesempurnaan yang tertunda
Tak perlu melihat paras
Hatimu bagai sehelai kapas
Air keringat keluar deras
Suatu tanda kerja keras
Wahai presidenku yang terpilih
Putra bangsa yang terkasih
Walupun kau berjalan tertatih
TerTerbanglah tinggi bersama merah putih

Senin, 26 Januari 2015

MEMBINGKAI ULANG INDONESIA

 Oleh Martinus Ruma, S. Pd
(guru Bahasa Indonesia SMA& SMK Kristen Kanaan Jakarta)
A. Potret Manusia Indonesia zaman ini

“Ye ile pak ribet amat si pakai heningkan cipta segala, orang meninggalnya saja uda lama. Lantas apa persoalannya kalau meninggalnya sudah lama, tanya sang guru. Ih.. si bapak, ya pasti sudah masuk surgalah orang didoakan oleh seluruh rakyat Indonesia setiap upacara bendera” tetapi pernahkah kamu berpikir jika tanpa pahlawan yang gugur kebebasan pun tidak pernah ada?, ujar sang guru”.

foto ilustasi dari internet tentang realitas ke'Indonesiaan kita
Kutipan di atas merupakan penggalan pembicaraan antara guru dan murid usai upacara bendera; dari dialog tersebut terdapat dua hal penting. Pertama kelogisan berpikir dan kedua romantisme masa lalu. Sisi yang satu mengharapkan kepatuhan, cinta tanah air dan sederet sikap patriotik lainnya sedangkan sisi yang lainnya mengharapakan jawaban yang logis dan contoh kongkrit. Dua hal tersebut seperti dua sisi mata uang, tidak pernah saling bertemu namun sejatinya mereka adalah satu kepingan uang. Demikianlah gambaran remaja masa kini dan harapan dari orang tua di rumah dan guru di sekolah.
Harapan dan kenyataan selalu tidak sejalan di abad ke 21 ini; misalnya di depan kelas guru sejarah mengatakan bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa para pahlawanya. Kongkritnya sang guru berharap para murid bisa mengikuti upacara bendera dengan baik terutama saat mengheningkan cipta. Namun, faktanya upacara bendera dilalui hanya sebagai rutinitas biasa. Semangat persatuan dan kesatuan dari para pahlawan terdahulu diharapkan menjadi semangat pelajar masa kini. kenyataanya tawuran antara pelajar sering terjadi. Lansiran dari tempo online, Kamis (4/9/14) Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) mencatat ada 229 kasus tawuran pelajar sepanjang Januari-Oktober tahun 2013. Jumlah ini meningkat sekitar 44 persen dibanding tahun lalu yang hanya 128 kasus. Dalam 229 kasus kekerasan antarpelajar SMP dan SMA itu, 19 siswa meninggal dunia. Demikian juga dengan guru bahasa Indonesia, ikrar para pemuda untuk berbahasa satu bahasa Indonesia. Semangat yang sama pun diharapakan oleh sang guru agar siswanya bisa berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Namun lagi-lagi fakta menunjukan lain. Dalam kehidupan sehari-hari, anak muda lebih senang dan merasa gaul jika mereka meng-update status di jejaring sosial dengan bahasa Inggris. Menyatakan cinta dengan kata “i love u” mengatakan rindu dengan “i miss u” merasa tidak gaul dan malu jika mengatakannya dengan bahasa Indonesia, alasannya pasti tidak keren dan tidak romantis. Apakah begitu buruknya bahasa Indonesia sampai penuturnya sendiri enggan mengakui keberadaanya?. Jika ini terus terjadi, bukan tidak mungkin bahasa Indonesia hanyalah tinggal sejarah seperti bahasa sansekerta yang telah lama dilupakan orang. Sedangkan sumpa pemuda hanyalah sumpah tentang sejarah bangsa Indonesia di masa lalu apalagi mengingat isi pancasila sebagai idiologi bangsa. 
Sedikit fakta coba penulis jabarkan tentang pancasila sebagai idiologi bangsa. Hasil survei tentang pancasila sebagai idiologi bangsa yang dilakukan oleh aktivis Gerakan Nasionalis Indonesia (GNI) di Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, dan Universitas Brawijaya pada tahun 2010. Sebanyak 80 persen mahasiswa memilih syariah sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara. Sebanyak 15,5 persen responden memilih aliran sosialisme dengan berbagai varian sebagai acuan hidup. “Hanya 4,5 persen responden yang masih memandang Pancasila tetap layak sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara”. Fenomena ini jika dibiarkan terus terjadi maka generasi sesudah kita kemungkinan besar tidak tahu sejarah dan budaya bangsanya sendiri. Tentu persoalan sejarah bangsa dan budaya tidak bisa dijadikan ukuran nasionalisme seseorang karena nasionalisme lebih dari sekedar budaya dan persoalan sejarah; apalagi kegiatan ceremonial macam upacara bendera, tetapi sejarah bangsa adalah dokumentasi bangsa dan budaya menjadi identitas dari dari sebuah bangsa (meminjam istilah Remi Salado dalam antalogi puisi pelacur-pelacur Jakarta).


B.           Idealitas yang Diharapkan untuk Membingkai Ulang Indonesia
Sederet fakta tentang nasonalisme kaum muda, nampak miris. Antara harapan dan keyataan selalu tidak sejalan adalah tanggung jawab bersama untuk meyatukan romantisme masa lalu dan idealisme generasi abad 21 dalam satu bingkai yang bernama Indonesia raya. Impian orang tua adalah melihat kesuksesan seorang anak sehingga dapat berguna bagi keluarga dan negara. Telah menjadi harapan seorang guru melihat murid yang cerdas dan berahklak mulia, memiliki rasa tanggung jawab dan berjiwa pancasila. Ibarat sebuah bingkai yang di pasang foto yang bagus; tentu memancarkan panorama indah yang menyejukan mata. Demikian juga dengan ekspektasi kita untuk melihat Indonesia menjadi macan Asia dan disegani oleh bangsa lain. Ekspektasi kita berada di tangan generasi muda dan hanya pada pundak generasi muda harapan itu menjadi bertaji. Tugas kita bersama untuk membingkai ulang Indonesia agar enak dipandang. Hal ini bukan dimulai dari generasi mudanya saja tetapi yang pertama dan terutama adalah dari diri sendiri.
Satu hal yang menyatukan orang tua dan guru adalah harapan. Hal yang sama pun diimpikan dari seorang murid kepada guru dan orang tua. Murid mengharapkan contoh kongkrit bukan kata-kata seperti nasionalisme, tanggung jawab, jiwa pancasila dan disiplin. Kata hanyalah sebuah kata tanpa makna. Deretan kata tersebut akan bermakna jika dinyatakan dalam perbuatan sehari-hari. Sudahkah para guru di sekolah dan orang tua di rumah memberi contoh kongkrit dari apa yang diajarkan kepada anak di rumah para murid di sekolah?. Sebuah pertanyaan retoris tingkat tinggi; yang membutuhkan jawaban dari para guru di sekolah dan orang tua di rumah.
C.           Cara Membingkai Ulang Indonesia
Di zaman digital seperti ini kebenaran sejati bagi seorang anak (walau tidak semua) adanya pada google namun menjadi penyimbang yang sebanding jika guru dan orang tua bisa memberi contoh kongkrit. Lantas caranya bagaimana?. Jawaban sangat sederhana mulailah dari diri sendiri dengan menerapkan 3T (tahu diri, tahu waktu dan tahu tempat).

Tahu diri, sebagai guru; tindakan saya, kata–kata saya, cara berbusana saya sudahkah mencerminkan seorang pendidik yang dapat memberikan contoh yang baik bagi murid di sekolah dan di manapun saya berada?. Sebagai pelajar, kata-kata dan tindakan saya, sudahkan mencerminkan seorang pelajar, ataukah tindakan saya tidak jauh bedanya dengan preman di terminal?. Tahu tempat, sebagai guru sudahkah saya menempatkan diri saya sebagai seorang tuan guru yang segala tindakan saya baik di sekolah, di lingkungan masyarakat atau pun di media sosial yang akan ditiru oleh siswa. Sebagai siswa, sudahkah saya berbusana sesuai dengan tempatnya?. Atau jangan-jangan di sekolah saya menggunakan sendal jepit padahal tempatnya di sekolah dan sekolah mempunyai aturan. Tahu waktu, sebagai guru; di depan kelas kita selalu mengatakan korupsi itu jelek. Memang benar kenyataannya korupsi itu jelek dan sangat merugikan. Namun, terkadang seorang guru pun di depan kelas melakukan korupsi. Bel istirahat sudah berbunyi guru masih saja mengajar. Murid “berkicau” sang guru menjawab “tanggung ne, tinggal sedikit lagi”. Hal yang sama pun terjadi pada saat pergantian jam pelajaran. Saling menunggu antara guru yang sedang mengajar dan guru yang akan menggantikan. Ini adalah perbuatan yang merugikan bagi siswa dan sejawat. Inilah model kecil dari penyakit bangsa yang bernama korupsi. Teriangat kata seorang kawan dalam suatu renungan pagi. “Jika hal-hal kecil seperti korupsi waktu yang dilakukan seorang guru atau ketidak disiplinan siswa dibiarkan saja maka akan menciptakan persoalan besar di masa mendatang”. Jika guru saja tidak tahu waktu istirahat mana dan waktu belajar mana, maka jangan pernah menuntut siswa untuk diam saat jam pelajaran karena tindakan siswa adalah cerminan dari guru dan orang tua di rumah.
Rumah semuanya bermula dan semuanya berujung sekiranya itulah falsafah klasik tentang rumah; dari rumah orang tua dan anak mulai mengawali hari baru, menjalani, kemudian mengahirinya dalam kebersamaan dalam sebuah bingkai keluarga. Seorang anak yang dibesarkan dalam keluarga yang baik, niscaya dalam hatinya akan tumbuh perasaan “nasionalisme” terhadap keluarga tersebut. Ia akan memikirkan kepentingan keluarga di atas kepentingan pribadinya. Perasaan “nasionalisme” terhadap keluarga tersebut akan berkembang menjadi perasaan “nasionalisme” terhadap RT, RW, Kelurahan, Kecamatan, dan seterurusnya sampai “nasionalisme” terhadap bangsa dan negara. Sebaliknya, dalam keluarga yang kacau, ikatan kekeluargaan akan sangat longgar. Setiap anggota keluarga hanya mementingkan pribadi masing-masing. Dari keluarga seperti ini, mustahil akan tumbuh perasaan nasionalisme terhadap negara. Karena itu tidak salah kalau ada yang mengatakan bahwa nasionalisme seseorang tumbuh dari keluarga masing-masing. Keluarga yang baik akan menelorkan seorang yang barakhlak  baik, yang tidak akan mau merugikan orang lain. Dalam skala yang lebih besar, dia juga tidak akan mau merugikan lingkungan sekitarnya.
D.           Glosarium dari Sebuah Kata yang Bernama Nasionalisme
Orang yang tumbuh dari keluarga yang kacau, mustahil bisa tumbuh jadi orang yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negaranya. Oleh karena itu, sebelum berbicara tentang nasionalisme, lebih baik benahi dahulu keluarga masing-masing agar anak-anaknya tumbuh menjadi orang yang baik. Cukup dengan tindakan sederhana sehari-hari.
Di rumah, hematlah pemakaian air, listrik, dan telepon yang tidak perlu. Jika setiap rumah tangga bisa menghemat biaya tersebut Rp. 10.000 sebulan, dan jika ada 10 juta rumah tangga yang melakukannya, maka secara nasional dapat dihemat Rp.1,2 triliun setahun. Uang yang dihemat tersebut akan memperkuat sisi penawaran dan akan mendorong tumbuhnya investasi domestik melalui pasar uang dan modal. Tumbuhnya investasi akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional yang akan meningkatkan kemakmuran masyarakat. Jika penghematan biaya tersebut diperluas, misalnya untuk BBM, sandang, pangan dan perumahan, khususnya untuk barang-barang yang kandungan importnya tinggi, jelas efeknya akan sangat besar untuk memacu pertumbuhan ekonomi misalnya. Mari dimulai nasionalisme dari sekarang dan dimulai dari rumah sendiri.

INDONESIA MILIKU SELAMANYA

Beberapa abad yang lalu, datanglah sepasang suami istri dari Belanda ke sebuah negeri di kawasan Asia. Sang suami dikenal dengan nama Pieter Bolot, karena pendengaran dan daya berpikirnya yang ‘kurang memadai’, sementara sang istri dipanggil dengan sebutan Nyonya Belanda. Sebenarnya sang istri tidak mencintai suaminya karena kekurangan suaminya, namun karena alasan kekayaan, sang istri mau menikahinya. Selain itu, entah mengapa Pieter Bolot hanya dapat mendengar perkataan istrinya saja dengan jelas.
            Tujuan mereka datang ialah untuk mencari rempah-rempah, dikarenakan jumlah rempah rempah di tempat asal mereka terbatas dan harganya cukup mahal. Sang istri berkata: “wahai suamiku, kenapa tidak kita beli saja rempah rempah di negara kita sendiri? Toh, kita punya banyak money untuk membelinya, untuk apa kita kita datang ke tempat jauh yang dirty dan menjijikan seperti ini?”. Sang suami menjawab: “Rempah rempah seperti di Belanda sangat MAHAL dan sedikit, sementara disini sangat banyak dan murah meriah!”
            Kemudian mereka menghampiri seorang penjual rempah- rempah. Pieter Bolot bertanya “Bapak yang baik, berapa harga semua rempah rempah ini?”. “Mohon maaf mister, semua rempah rempah ini sudah dipesan” jawab sang penjual. “ceban? Sepuluh ribu?! Wah murah sekali ternyata” kata Bolot. Tampaknya ia salah mendengar perkataan penjual tersebut. Sang penjual kemudian mengulang perkataannya: “Bukan, semua rempah rempah ini sudah dipesan”. Pieter Bolot kembali salah dengar, “Apa?! Mau diberi diskon?! Terima kasih! Bapak baik sekali!”. Sang penjual akhirnya kesal dan berteriak: “MISTER BOLOT, SEMUA INI SUDAH DIPESAN!!!”. “Waw! Bapak hebat bisa tahu nama saya!” jawab Pieter Bolot. Akhirnya nyonya Belanda yang sudah bosan menunggu menjelaskan kepada Bolot bahwa semua rempah rempah tersebut sudah dipesan.
            Pieter Bolot sangat marah mendengarnya; ia memanggil kedua pengawalnya untuk mengacak-acak tempat tersebut. Selain itu, Bolot juga menangkap beberapa penjual dan pembeli disana untuk dijadikan sandera. Ia menyatakan perang dengan penduduk sekitar karena kesal tidak mendapatkan rempah rempah yang ia inginkan. Sebenarnya ia hanya mengadakan perang kecil-kecilan karena jumlah pasukannya yang sedikit.
            Ada seorang warga yang menyaksikan peristiwa tersebut, kabur dan melaporkan perbuatan Bolot kepada Jendral Sularman, seorang pimpinan militer yang kebetulan tinggal di daerah sana. Ternyata, salah seorang sandera ialah putranya. Dengan peralatan seadanya dan jumlah pasukan yang lebih sedikit, Jendral Sularman berangkat ke pelabuhan tempat kapal Pieter Bolot dilabuhkan.
            Tanpa basa-basi, kedua pihak langsung bertarung dengan sengit. Pieter Bolot menang karena jumlah pasukan dan persenjataan yang memadai, sementara banyak rakyat yang terluka  dan terbunuh. Akhirnya hanya tersisa Jendral Sularman saja yang bertahan. Dengan mengacungkan pistol berlapis emas dan berlian miliknya, Pieter Bolot tertawa menghina sang jendral.
Jendral Sularman tidak kehilangan akal, ia tahu bahwa kecerdasan Pieter Bolot rendah, sehingga ia memanfaatkan kesempatan itu. “Hai tuan Belanda, anda sangat hebat sekali, anda juga pasti sangat kaya karena memiliki senjata seperti itu”. Karena sombong Pieter Bolot mengangkat dagunya. Jendral kembali menghasut “Bolehkah saya melihat senjata itu untuk sekali saja sebelum tuan membunuh saya?”. Dengan pemikiran pendek, Pieter menjawab “Ah, itu permintaan terakhirmu? Melihat senjata termahal sedunia? Hahaha…! Baiklah, akan kukabulkan permohonan terakhirmu itu”.
Setelah menerima senjata emas berlian dari Pieter, Jendral Sularman langsung menembak dada Pieter. “AUCH!!! HAH?! Dasar Kau!!! PEMBOHONG!!!” teriak Pieter. “Salahmu sendiri memberikan senjatamu kepada lawan, dasar Bolot!” balas Jendral. “Itu namaku!” teriak Pieter sekali lagi. “Dengar tuan, anda boleh saja datang ke tempat ini, tapi anda tidak akan pernah bisa memiliki tempat ini!”. Mendengar itu, Pieter Bolot rebah ke tanah dan tewas.
Nyonya Belanda yang melihat suaminya mati berteriak histeris, “SUAMIKUUU!!! KENAPA KAU DEAD DI TEMPAT SEPERTI INI?!”. Sambil membebaskan para tawanan, Jendral berkata kepada nyonya Belanda dan pengawalnya : “Anda harus tahu nama negeri ini, tempat indah ini bernama INDONESIA, negeri ini milik kami dan akan selalu menjadi milik kami! Maaf aku sudah membunuh suamimu”. “ tak mengapa, aku memang tidak cinta padanya, aku hanya mengincar money yang ia miliki, sekarang seluruh kekayaannya akan menjadi milikku”
Setelah itu, nyonya Belanda dan pengawalnya kembali ke Belanda, sementara Jendral Sularman membantu untuk menolong pasukannya yang terluka. Akhirnya, Indonesia dapat terbebas dari tangan orang asing melalui perjuangan dan pengorbanan.

BERUSAHA SEBAIK_BAIKNYA

ASTRELA SISWA KELAS XII IPA
SMAK Kanaan mengirim salah satu siswa kebanggaannya. Ia menempuh perjalanan panjang untuk dapat sampai di puncak prestasi. Astrella Devina seorang siswi yang kini duduk di bangku kelas 12 MIA pernah mewakili SMAK Kanaan dalam mengikuti olimpiade sains nasional bidang Biologi tingkat nasional. Ia tak ragu untuk melangkah hingga ke Lombok, NTB. Ia mengikuti lomba yang tepatnya diselenggarakan di SMAN 1 Mataram. Meski tak ada guru pendamping, ia mendapat motivasi besar dari ibundanya yang senantiasa menemani ia ketika ia berada di Lombok. Untuk persiapan, ia banyak belajar dan berdoa. Astrella mengikuti Club Biologi si sekolah yang dibimbing oleh Ibu Lina. Meski saat persiapan, Ibu Lina sedang mengandung dan hanya dapat membantu sebisanya, Astrella tetap bekerja keras dengan mempelajari materi-materi yang akan dilombakan. Satu pesan dari Bu Lina yang Astrella ingat adalah agar Astrella berusaha sebaiknya dan apapun yang terjadi harus tetap bersyukur kepada Tuhan. Astrella juga mendapat banyak dukungan dari Tim OSNnya, terutama mentornya yang sebelumnya menang dalam OSN tahun lalu yaitu Kelvin Suriaputra. Astrella mengaku sangat senang bisa menambah pengalaman dengan mengikuti lomba ini. Ia dan Ibunya menginap di Hotel Lombok Raya. Mereka menghabiskan waktu 7 hari disana. Lombok bagi Astrella cukup indah meskipun panas. Panas itu justru mengingatkan Astrella akan Jakarta. "Meskipun materi kita ketinggalan tapi tetap berusahalah. Kalau udah ikut yah ikut," ujar Astrella sebagai pesan untuk murid-murid lainnya yang kelak juga mengikuti lomba mewakili nama SMAK Kanaan (Ganesa & Novita).

SIDANG AKADEMIK SISWA KELAS XII

Presentase hasil penelitian siswa kelas XII di hadapan penguji
Kanaan – Telah diselenggarakan sidang karya ilmiah pada tanggal 19 November 2014 hingga 26 November 2014. Sidang karya ilmiah ini diadakan di lantai 4 Sekolah kristen Kanaan, tepatnya di aula dan Lab. Fisika. Menurut Dra. Sorta Lucyana Pakpahan yang lahir di Jakarta pada tanggal 2 November 1967, tugas karya ilmiah ini perlu diadakan untuk mempersiapkan murid-murid kelas 12 saat diperguruan tinggi nanti. Perkembangan pada sidang karya tulis tahun ini dikatakan sedikit menurun dibanding tahun sebelumnya dan hasilnya lumayan baik karena masih ada beberapa anak yang harus mengulang. Wanita yang dibesarkan di daerah Belawan, Sumatra Utara ini, memberikan pesan, “untuk tahun ini, anak-anak harus lebih jujur mengerjakan dan bersungguh-sungguh. Untuk tahun depan, lebih bersungguh-sungguh, jangan menganggap karya tulis ini main-main. Jadi, lebih bersungguh-sungguh agar mudah diperkuliahan nanti.” Tujuan diadakannya karya tulis ini supaya murid-murid bisa diuji dan bisa mempertanggung jawabkan apa yang ditulis.
            Menurut Yuniwati Rahardja, diadakannya sidang karya ilmiah ini agar saar sripsi nanti lebih lancar, lebih serius, dan lebih mudah mengerti. Dia mengatakan bahwa saat membuat karya ilmiah ini, membuat otaknya harus berputar, tetapi, saat membuat ia juga mendapat masukan dari guru pembimbing sehingga saat mengerjakannya lebih mudah. Pesan yang diberikan untuk karya tulis selanjutnya ,yaitu, karya ilmiah ini dibuat saat kelas 11 bukan kelas 12, karena saat kelas 12 harus mengejar materi untuk menyiapkan UN dan kegiatan akademik lainnya sedangkan saat kelas 11 bisa lebih santai (Eskul jurnalistik/Ganesia)

BELAJAR DAN BERMAIN BERSAMA EF

Pementasan drama oleh siswa kelas XI IPA
Acara bersama yang diselenggarakan atas kerjasama Sekolah Kristen Kanaan dengan Pihak EF berakhir sukses pada hari Jumat, 12 Desember 2014. Acara yang bertempat di aula SKK Jakarta itu cukup meriah. Seluruh siswa jenjang SMA hadir, kurang lebih lima ratusan siswa memadati aula sekolah.  Acara ini bertujuan membantu siswa agar lebih fasih dalam berbahasa Inggris; mengingat bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang sangat berguna apabila kelak siswa-siswa SMAK Kanaan ini mau melakukan study abroad.
Acara ini dimulai pada pukul 10.00 dengan diawali oleh class performance.
Sebelumnya pada hari Rabu, 10 Desember 2014 terdapat acara panduan oleh Pihak EF. Dimana mereka berusaha membagi murid dalam kelompok. Lalu ditentukan kelompok yang menyanyikan lagu dan kelompok yang bertugas melakukan drama. Drama dan nyanyian tersebut kemudian untuk dipertontonkan dan akan dinilai oleh para juri yang berasal dari Pihak EF. Disini para murid dibantu oleh Mr. Philip dan kawan-kawannya yang merupakan native speaker.
Drama yang ditampilkan tentang kehidupan bangsawan zaman dahulu dimana tokoh utamanya adalah Maria dan Captain Vountrap. Murid murid mengemasnya cukup menarik. Bahkan ada yang membuat drama tersebut menjadi seperti parody atau comedy. Ada yang menggunakan kostum-kostum dalam menyajikan dramanya. Drama ini dipertandingkan antar kelas. Pada break time, acara juga dihiasi oleh penampilan dari Pancary dan Denada murid kelas 12. Mereka membawakan lagu dari Ariana Grande dan Nathan Sykes yang berjudul Almost is Never Enough. Kemudian, akhirnya dibacakan hasil evaluasi para juri oleh Mr.Philip. Pemenangnya secara berturut-turut adalah kelas 11 Science, 12 Science, and 12 Social 2. Acara ditutup oleh presentasi Kak Ayu dari Education First. Mr.Philip lalu mengatakan sampai jumpa lagi di tahun 2015. Murid-murid tampak cukup senang dan gembira dengan adanya acara ini. (Eskul Jurnalistik)