Senin, 26 Januari 2015

INDONESIA MILIKU SELAMANYA

Beberapa abad yang lalu, datanglah sepasang suami istri dari Belanda ke sebuah negeri di kawasan Asia. Sang suami dikenal dengan nama Pieter Bolot, karena pendengaran dan daya berpikirnya yang ‘kurang memadai’, sementara sang istri dipanggil dengan sebutan Nyonya Belanda. Sebenarnya sang istri tidak mencintai suaminya karena kekurangan suaminya, namun karena alasan kekayaan, sang istri mau menikahinya. Selain itu, entah mengapa Pieter Bolot hanya dapat mendengar perkataan istrinya saja dengan jelas.
            Tujuan mereka datang ialah untuk mencari rempah-rempah, dikarenakan jumlah rempah rempah di tempat asal mereka terbatas dan harganya cukup mahal. Sang istri berkata: “wahai suamiku, kenapa tidak kita beli saja rempah rempah di negara kita sendiri? Toh, kita punya banyak money untuk membelinya, untuk apa kita kita datang ke tempat jauh yang dirty dan menjijikan seperti ini?”. Sang suami menjawab: “Rempah rempah seperti di Belanda sangat MAHAL dan sedikit, sementara disini sangat banyak dan murah meriah!”
            Kemudian mereka menghampiri seorang penjual rempah- rempah. Pieter Bolot bertanya “Bapak yang baik, berapa harga semua rempah rempah ini?”. “Mohon maaf mister, semua rempah rempah ini sudah dipesan” jawab sang penjual. “ceban? Sepuluh ribu?! Wah murah sekali ternyata” kata Bolot. Tampaknya ia salah mendengar perkataan penjual tersebut. Sang penjual kemudian mengulang perkataannya: “Bukan, semua rempah rempah ini sudah dipesan”. Pieter Bolot kembali salah dengar, “Apa?! Mau diberi diskon?! Terima kasih! Bapak baik sekali!”. Sang penjual akhirnya kesal dan berteriak: “MISTER BOLOT, SEMUA INI SUDAH DIPESAN!!!”. “Waw! Bapak hebat bisa tahu nama saya!” jawab Pieter Bolot. Akhirnya nyonya Belanda yang sudah bosan menunggu menjelaskan kepada Bolot bahwa semua rempah rempah tersebut sudah dipesan.
            Pieter Bolot sangat marah mendengarnya; ia memanggil kedua pengawalnya untuk mengacak-acak tempat tersebut. Selain itu, Bolot juga menangkap beberapa penjual dan pembeli disana untuk dijadikan sandera. Ia menyatakan perang dengan penduduk sekitar karena kesal tidak mendapatkan rempah rempah yang ia inginkan. Sebenarnya ia hanya mengadakan perang kecil-kecilan karena jumlah pasukannya yang sedikit.
            Ada seorang warga yang menyaksikan peristiwa tersebut, kabur dan melaporkan perbuatan Bolot kepada Jendral Sularman, seorang pimpinan militer yang kebetulan tinggal di daerah sana. Ternyata, salah seorang sandera ialah putranya. Dengan peralatan seadanya dan jumlah pasukan yang lebih sedikit, Jendral Sularman berangkat ke pelabuhan tempat kapal Pieter Bolot dilabuhkan.
            Tanpa basa-basi, kedua pihak langsung bertarung dengan sengit. Pieter Bolot menang karena jumlah pasukan dan persenjataan yang memadai, sementara banyak rakyat yang terluka  dan terbunuh. Akhirnya hanya tersisa Jendral Sularman saja yang bertahan. Dengan mengacungkan pistol berlapis emas dan berlian miliknya, Pieter Bolot tertawa menghina sang jendral.
Jendral Sularman tidak kehilangan akal, ia tahu bahwa kecerdasan Pieter Bolot rendah, sehingga ia memanfaatkan kesempatan itu. “Hai tuan Belanda, anda sangat hebat sekali, anda juga pasti sangat kaya karena memiliki senjata seperti itu”. Karena sombong Pieter Bolot mengangkat dagunya. Jendral kembali menghasut “Bolehkah saya melihat senjata itu untuk sekali saja sebelum tuan membunuh saya?”. Dengan pemikiran pendek, Pieter menjawab “Ah, itu permintaan terakhirmu? Melihat senjata termahal sedunia? Hahaha…! Baiklah, akan kukabulkan permohonan terakhirmu itu”.
Setelah menerima senjata emas berlian dari Pieter, Jendral Sularman langsung menembak dada Pieter. “AUCH!!! HAH?! Dasar Kau!!! PEMBOHONG!!!” teriak Pieter. “Salahmu sendiri memberikan senjatamu kepada lawan, dasar Bolot!” balas Jendral. “Itu namaku!” teriak Pieter sekali lagi. “Dengar tuan, anda boleh saja datang ke tempat ini, tapi anda tidak akan pernah bisa memiliki tempat ini!”. Mendengar itu, Pieter Bolot rebah ke tanah dan tewas.
Nyonya Belanda yang melihat suaminya mati berteriak histeris, “SUAMIKUUU!!! KENAPA KAU DEAD DI TEMPAT SEPERTI INI?!”. Sambil membebaskan para tawanan, Jendral berkata kepada nyonya Belanda dan pengawalnya : “Anda harus tahu nama negeri ini, tempat indah ini bernama INDONESIA, negeri ini milik kami dan akan selalu menjadi milik kami! Maaf aku sudah membunuh suamimu”. “ tak mengapa, aku memang tidak cinta padanya, aku hanya mengincar money yang ia miliki, sekarang seluruh kekayaannya akan menjadi milikku”
Setelah itu, nyonya Belanda dan pengawalnya kembali ke Belanda, sementara Jendral Sularman membantu untuk menolong pasukannya yang terluka. Akhirnya, Indonesia dapat terbebas dari tangan orang asing melalui perjuangan dan pengorbanan.

0 komentar:

Posting Komentar